-->

MERESPON ANUGERAH


Bismillah
  السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Apapun yang membuat kita jauh dari Allah, kemudian dicegah Allah. maka itu NIKMAT.
Apapun yang dimudahkan tapi membuat kita jauh dari Allah, maka itu PETAKA.
Rezeki itu sebetulnya bukan punya tabungan, punya kendaraan, tetapi saat kita memerlukan kita bisa menggunakan. tanpa harus hati kita terikat dengan duniawi.
semakin banyak kenginan, akan membuat kita semakin sengsara.
Padahal Alloh lebih tahu kebutuhan kita daripada kita sendiri.

“Manusia dalam merespon anugerah itu terbagi tiga: Pertama, gembira terhadap anugerah, bukan gembira pada Sang Pemberi dan Pencipta anugerah, namun hanya terbatas gembira pada wujud nikmatnya anugerah. Dan manusia ini tergolong orang-orang yang alpa. Ini relevan dengan firman Allah Swt, “Hingga ketika mereka bergembira terhadap apa yang diberikan, maka tiba-tiba Kami ambil seketika.” (Al-An’aam: 44)

Kedua, golongan orang yang gembira pada anugerah, dari segi Pemberi dan Penganugerahnya, hal ini termasuk dalam firmanNya, “Katakan (Muhammad) dengan anugerah Allah dan rahmatNya, maka dengan (melalui) hal itulah hendaknya mereka bergembira. Itu lebih baik disbanding apa yang mereka kumpulkan (baik amal maupun ibadahnya).” (Yunus: 58).


Ketiga, orang yang gembira pada Allah Swt, sama sekali gembiranya bukan pada wujud lahiriyahnya nikmat, maupun makna batin tersembunyi dibalik nikmat itu. Namun lebih sibuk memandang Allah Swt dibanding yang lain, sehingga ia tidak menyaksikan kecuali hanya pada Allah Swt. Inilah yang disebut dalam ayat: “Katakan (Muhammad) Allah (saja), lalu biarkan mereka bermain-main dalam kesesatannya.” (Al-An’aam: 91).

Allah Swt telah memberi wahyu kepada Nabi Dawud as, “Wahai Dawud, katakan kepada para Shiddiqun (Wali), “hanya padaKu saja mereka harus bergembira, dan hendaknya mereka bersenang-senang dengan dzikir padaKu.”

Semoga Allah Swt, menjadikan kegembiraan kita dan anda, hanya padaNya dan menjadikan kita golong kaum yang faham, dan tidak menjadikan kita termasuk kaum yang lalai. Hendaknya pula kita dijadikan penempuh jalan orang-orang yang taqwa, berkat anugerah dan kemuliaanNya.”

Surat itu ditulis oleh beliau, untuk mengingatkan kita semua, dan muhasabah kita, apakah kita tergolong kelompok pertama yang senantiasa alpa, terjebak pada materialism anugerah, hedonism nikmat atau bahkan terpuruk dalam hijab kebendaan yang terus menutupi kita dari Sang PenciptaNya?

Survey publik memang mengungkapkan, mayoritas manusia terjebak pada kegembiraan, sorak sorai, jika wujud anugerah ada di depan matanya. Bila kita berada di wilayah tipudaya seperti itu, sesungguhnya kita harus segera menyadari, bahwa jebakan wujud anugerah bisa menimbulkan kufur nikmat, terhijab dalam lapisan siksa materialism dan hedonism. Sebuah siksaan yang mengerikan, bukan?

Allah Swt membuka pintu-pintu anugerahNya, tetapi umumnya manusia lebih bergembira memasuki pintu-pintu siksaNya.



BURUK SANGKA

Aku telah mencari kenyamanan untuk diriku, maka aku tidak mendapatkan sesuatu yang lebih nyaman daripada meninggalkan apa yang bukan urusanku.

Kerendahan seseorang diketahui dengan banyaknya pembicaraannya dalam hal yang bukan menjadi urusannya, dan pemberitaannya akan hal-hal yang tidak ditanyakan kepadanya.

Barangsiapa yang membebani diri pada hal yang bukan urusannya (kepentingannya), niscaya akan terlewat darinya apa yang menjadi urusannya.

Sejelek-jelek orang adalah yang tidak percaya kepada siapa pun karena sangkaan-buruknya, dan tidak ada seorang pun yang percaya kepadanya karena kesannya yang buruk.

Barangsiapa yang menahan diri dari mencampuri urusan orang lain, niscaya pendapatnya akan diterima oleh banyak orang.

Tinggalkanlah perkataan yang tidak engkau ketahui dan pidato yang tidak dibebankan kepadamu.

Janganlah sekali-kali buruk sangka menguasaimu, karena sesungguhnya ia tidak meninggalkan antara engkau dengan Tuhanmu suatu perdamaian.

JanganIah sekali-kali engkau menduga satu kalimat pun yang keluar dan seseorang sebagai keburukan, sementara engkau menduga di dalamnya mengandung kebaikan.

Buruk sangka melayukan hati, mencurigai orang yang terpercaya, menjadikan asing kawan yang ramah, dan merusak kecintaan saudara.

Alangkah bagusnya berbaik sangka, hanya saja di dalamnya terdapat kelemahan. Dan alangkah buruknya buruk sangka, hanya saja di dalamnya terdapat kehati-hatian.





BUDI PEKERTI YANG BAIK


1. Budi pekerti yang mulia ada sepuluh: dermawan, malu, jujur, menyampaikan amanat, rendah hati (tawadhu), cemburu, berani, santun, sabar, dan syukur.

Tiga macam orang yang tidak diketahui kecuali dalam tiga situasi: (pertama), tidak diketahui orang pemberani kecuali dalam situasi perang. (Kedua), tidak diketahui orang yang penyabar kecuali ketika sedang marah. (Ketiga), tidak diketahui sebagai teman kecuali ketika (temannya) sedang butuh.
Janganlah sekali-kali engkau menjadi orang yang keburukannya lebih kuat daripada kebaikannya, kekikirannya lebih kuat daripada kedermawanannya, dan kekurangannya lebih kuat daripada kebajikannya.
Pandanglah buruk pada dirimu apa yang engkau pandang buruk pada selainmu.
Semulia-mulia nasab adalah akhlak yang baik.
Tidak ada teman yang seperti akhlak yang baik, dan tidak ada harta warisan seperti adab.
Hendaklah engkau ridha akan perlakuan orang-orang terhadapmu sama seperti engkau ridha atas perlakuanmu terhadap mereka.
Adab adalah pusaka yang terbaik.
Jika engkau menyukai akhlak yang mulia, maka hendaklah engkau menjauhi segala hal yang haram.
Tidak adanya adab adalah sebab segala kejahatan.
Perjalanan adalah ukuran akhlak.
Kasihanilah orang-orang fakir yang sedikit kesabarannya, kasihanilah orang-orang kaya yang sedikit syukurnya, dan kasihanilah semua karena lamanya kelalaian mereka.
Kemuliaan keturunan yang paling tinggi adalah akhlak yang baik.
Ketakwaan adalah akhlak yang utama.
Akhlak yang baik adalah sebaik-baik teman.
Kalau segala sesuatu harus dipisah-pisahkan, maka dusta tetap bersama takut, kejujuran bersama keberanian, santai bersama keputusasaan, kelelahan bersama kerakusan, penolakan bersama ketamakan, dan kehinaan bersama utang.
Hendaklah kalian menjaga adab. Sebab, jika kalian raja, pasti kalian akan melebihi raja-raja yang lain; jika kalian penengah, pasti kalian akan dapat mengatasi (yang lain); dan jika kehidupan kalian miskin, pasti kalian akan dapat hidup (terhormat) dengan adab kalian.
Pilihlah untuk diri kalian, dari setiap kebiasaan, yang paling bagusnya, karena sesungguhnya kebaikan merupakan kebiasaan.
Semulia-mulia raja adalah yang tidak dicampuri kesombongan dan tidak menyimpang dari kebenaran. Sekaya-kaya orang adalah yang tidak tertawan oleh ketamakan. Sebaik-baik kawan adalah yang tidak menyulitkan kawan-kawannya. Dan sebaik-baik akhlak yang paling dapat membantunya dalam ketakwaan dan ke-wara `-an (kehati-hatian dalam beragama).
Seseorang tidak akan menjadi mulia sehingga dia tidak peduli dengan pakaian yang mana saja dia muncul (di tengah-tengah masyarakatnya).
Adab adalah pakaian yang senantiasa baru.


semoga bermanfaat bagi kita semua aamiin...

Berikan pendapat anda tentang "MERESPON ANUGERAH"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel